----------------------------------
Cabang iman Yg Ke-45 s/d 47(Ikhlas dalam beramal karena Allah, Senang sebab taat, sedih sebab kehilangan taat, dan menyesal sebab maksiat, Bertaubat)
==============================
Cabang iman Yg Ke-45 s/d 47 disebutkan dalam bait syair:
أَخْلِصْ لِرَبِّكَ ثُمَّ سُرَّ بِطَاعَةٍ * وَاحْزَنْ بِسُوْءٍ تُبْ وَاَنْتَ النَّادِمُ
Ikhlaskan niat karena Tuhanmu, gembiralah dengan ketaatan, susahlah berbuat jelek, taubatlah dengan penyesalan.
Ikhlas dalam beramal karena Allah Ta'ala
Imam al-Ghazali berkata bahwa ikhlas atau memurnikan niat ialah apabila
tujuan dari amal ibadah yang dilakukan seseorang semata-mata untuk
mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Misalnya orang yang tidur sehingga
dapat mengistirahatkan badannya dengan maksud agar sesudah tidur ia
kuat melakukan ibadah, maka tidurnya adalah ibadah dan ia memperoleh
derajat ikhlas dalam hal tersebut. Jika tidak demikian, maka pintu
ikhlas dalam amal ibadah tertutup baginya, kecuali jarang-jarang.
Kebalikan dari ikhlas adalah syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam amal
ibadah. Dalam hadits disebutkan bahwa pada hari kiamat orang yang
berbuat riya, yaitu orang yang menjaring hati manusia atau mencari
simpati manusia dengan amal ibadah, akan dipanggil dengan empat macam
panggilan:
- Wahai orang yang berbuat riya,
- Wahai orang yang menipu,
- Wahai orang musyrik, dan
- Wahai orang kafir.
Pengarang kitab al-Washiyyah berkata: "Kesempurnaan peringkat ikhlas
dapat berhasil dengan penyaksian seseorang hamba bahwa amalnya yang
shalih adalah ciptaan Allah swt berdasar keyakinan yang mantap.
Sedangkan dirinya tidaklah memiliki amal tersebut kecuali sekedar hanya
menjalankan ibadah saja. Barangsiapa yang menyaksikan bahwa amalnya
adalah ciptaan Allah Ta'ala berdasar keyakinan yang mantap, maka ia
tidak mencari pahala, dan tidak terjangkit tiga macam penyakit amal,
yaitu: riya', takabbur, dan membanggakan diri.
Senang sebab taat, sedih sebab kehilangan taat, dan menyesal sebab maksiat
Kesenangan hati karena dapat melakukan ketaatan kepada Allah swt yang
menjadi cabang dari iman adalah ditinjau dari segi bahwa ketaatan
tersebut adalah anugerah dan pertolongan dari Allah swt sebagaimana
firman-Nya dalam surat Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ
Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah mereka
bergembira, karunia Allah dan rahmat-Nya lebih baik dari pada apa yang
mereka kumpulkan."
Seseorang tidak patut bergembira karena dapat berbuat taat, dengan
tujuan ketaatan tersebut telah nampak dari pekerjaannya. Kegembiraan
semacam ini dicela oleh agama. Hati yang sedih karena kehilangan
kesempatan untuk melakukan ketaatan haruslah disertai dengan
melaksanakan ketaatan tersebut. Jika tidak demikian, maka kesedihan
tersebut termasuk tanda penipuan terhadap diri seseorang. Barangsiapa
yang tidak sedih karena kehilangan kesempatan untuk berbuat taat dan
tidak pula sedih karena melakukan kemaksiatan, maka hal tersebut
termasuk tanda-tanda kematian hati. Dalam hal ini Rasulullah saw
bersabda:
مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوْ مُؤْمِنٌ
Barangsiapa yang amal baiknya menyenangkan dirinya dan amal jeleknya menyedihkan dirinya, maka ia adalah orang mukmin.
Bertaubat
Dalam surat at-Tahrim ayat 8 Allah swt berfirman:
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا تُوْبُوْا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوْحًا … الآيَةَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.
Murni dalam taubat artinya semata-mata karena Allah swt dan sunyi dari campuran yang menyertainya.
Rasulullah saw telah bersabda:
اَلتَّائِبُ حَبِيْبُ اللهِ وَالتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah. Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang sama sekali tidak ada dosa baginya.
Pengertian taubat adalah:
- Seketika meninggalkan perbuatan maksiat.
- Bercita-cita meninggalkan maksiat untuk waktu yang akan datang.
- Jangan ragu mengejar keteledoran yang telah dilakukan pada waktu-waktu yang telah lalu.
- Menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan sedih terhadapnya adalah kewajiban dari taubat, karena penyesalan adalah jiwa dari taubat, sebagaimana kata al-Ghozali.
Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq mendengar Rasul Allah saw bersabda:
مَامِنْ عَبْدٍ يَذْنُبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطَّهُوْرَ وَيُصَلِّى ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ اِلاَّ غُفِرَ لَهُ
Tidak ada seseorang hamba yang melakukan suatu dosa kemudian ia
memperbagus (menyempurnakan) bersuci dan melakukan salat dan memohon
ampun kepada Allah, kecuali dosanya diampunkan baginya.
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ قَالَ عَشْرًا حِيْنَ يُصْبِحُ وَحِيْنَ يُمْسِى : "اَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ
وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ وَاَسْأَلُ التَّوْبَةَ وَالْمَغْفِرَةَ مِنْ جَمِيْعِ
الذُّنُوْبِ " غُفِرَتْ ذُنُوْبُهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ رَمْلٍ عَالِجٍ .
وَمَنْ قَالَ : "سُبْحَانَكَ ظَلَمْتُ نَفْسِى وَعَمِلْتُ سُوْءًا
فَاغْفِرْ لِى ذُنُوْبِى فَاِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ
" غُفِرَتْ ذُنُوْبُهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ دَبِيْبِ النَّمْلِ
Barangsiapa yang mengucapkan sepuluh kali pada waktu pagi dan petang:
"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, yang sama sekali tidak
ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Pribadi, dan
aku bertaubat kepada-Nya, aku memohon taubat dan ampunan dari semua
dosa", niscaya diampuni dosa-dosanya meskipun dosa tersebut seperti
pasir yang bertumpuk. Dan Barangsiapa yang mengucapkan: "Maha Suci
Engkau, aku telah menganiaya diriku dan melakukan perbuatan jelek, maka
ampunilah dosa-dosaku, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat
mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau", niscaya dosa-dosanya diampuni
meskipun dosa tersebut seperti iring-iringan semut.
Abu Abdillah al-Warraq berkata: "Andai dosamu semisal bilangan tetesan
hujan dan buih lautan, maka dosa tersebut dihapus dari dirimu jika kamu
memohon ampun dengan bacaan istighfar ini:
اَللّهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كَلِّ ذَنْبٍ تُبْتُ
اِلَيْكَ مِنْهُ ثُمَّ عُدْتُّ فِيْهِ وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ مَا
وَعَدْتُّكَ مِنْ نَفْسِى ثُمَّ لَمْ اُوْفِ لَكَ بِهِ وَاَسْتَغْفِرُكَ
مِنْ كُلِّ عَمَلٍ اَرَدْتُّ بِهِ وَجْهَكَ فَخَالَطَهُ غَيْرُكَ
وَاَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ نِعْمَةٍ اَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ
فَاسْتَعَنْتُ بِهَا عَلَى مَعْصِيَتِكَ
Ya Allah, sungguh aku meminta Engkau dan meminta ampun kepada-Mu dari
setiap dosa yang aku telah bertaubat dari dosa tersebut, kemudian aku
kembali kepada dosa itu. Aku meminta ampun kepada-Mu dari setiap sesuatu
yang aku telah janjikan kepada-Mu dari diriku, kemudian aku tidak
memenuhi janji tersebut bagi-Mu. Aku meminta ampun kepada-Mu dari setiap
perbuatan yang aku inginkan keridlaan-Mu, kemudian telah menyampuri
amal tersebut selain keridlaan-Mu. Aku meminta ampun dari setiap
kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadaku, kemudian kupergunakan
untuk berbuat maksiat kepada-Mu.
Imam as-Suhaymi dalam kitab "Lubab at-Thalibin" berkata: "Imam
at-Thabrani meriwayatkan dari Abu Darda' katanya: "Barangsiapa yang
memohonkan ampun bagi orang-orang mtkmin laki-laki dan perempuan pada
setiap hari 27 kali, maka ia termasuk orang yang diampunkan doanya dan
diberi rizki".
Syeikh Abul Hasan as-Syadzali berkata: "Jika kamu ingin hatimu tidak
berkarat, tidak sedih, tidak ada kotoran, serta tidak tersisa dosa, maka
perbanyaklah bacaan berikut:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ، لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ ثَبِّتْ عِلْمَهَا فِى قَلْبِى وَاغْفِرْ لِى ذَنْبِى
وَاغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَقُلِ الْحَمْدُ ِللهِ
وَسَلاَمٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى
Maha Suci Allah dan dengan pujian-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha
Agung. Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Tetapkanlah ilmu kalimat tauhid
tersebut dalam hatiku; ampunilah dosaku dan ampunilah orang-orang mukmin
laki-laki dan perempuan dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan
semoga keselamatan tetap terlimpah pada para hamba-Nya yang telah Dia
pilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar